Japanese Songs, Lyrics, and All About Japan

Sabtu, 03 Februari 2018

Inilah yang Sebenarnya Terjadi Bila Manga Tidak Laku Terjual, Beberapa di Antaranya Menjadi Tisu Toilet!

| Sabtu, 03 Februari 2018
Image Source: Twitter/@rereibara

Para seniman manga membuat setiap karyanya dengan segenap kemampuannya dan kreatifitas, ide, yang mereka miliki. Mereka berjuang keras untuk menciptakan sebuah manga yang menarik dan dapat membuat para pembaca terhibur dan senang. 

Namun, dalam dunia manga, saingan demi saingan dari para kreator manga sangat banyak. Sehingga setiap mangaka harus berjuang keras agar manga ciptaannya dapat membuat para pembaca tertarik sehingga manga tersebut terjual laris di berbagai tempat. Lalu, bila suatu manga tidak terjual habis / tidak laku, dan sudah dalam masa periode yang lama untuk di pajang, akan kemanakah manga-manga tersebut? Apakah dibuang, atau di sumbangkan?

Ada dua tanda bahwa kreator telah menciptakan sebuah karya yang besar. Yang pertama adalah ketika penerbit besar memutuskan untuk membuat cerita cerita tentang karya Anda di salah satu antologi manga. 

Dan yang kedua adalah ketika serial tersebut memiliki cukup banyak bab dan basis penggemar yang cukup besar sehingga penerbit menempatkan manga anda ke dalam 'Tankobon' ( istilah bahasa Jepang untuk menyebut terbitan dalam bentuk monograf, dan bukan terbitan berseri atau majalah, bukan seri, serta bukan zenshū.) atau mengumpulkan volume dari seri Anda.

 Meskipun penerbitan digital telah mulai meningkat di Jepang baru-baru ini, namun bisnis manga masih berbasis pada kertas, dan momen tersebut menjadi momen kebanggaan saat para pencipta melihat tankobon mereka di rak-rak toko untuk pertama kalinya. Tapi hanya karena karya mereka ditawarkan untuk dijual, bukan berarti semua komik tersebut akan laku laris dan mendiami di rumah para penggemar.

Serta apa yang terjadi pada salinan manga yang tidak laku terjual di Jepang ini, bisa menjadi hal yang memilukan untuk para seniman manga, seperti Rensuke Oshikiri, pencipta manga Hi Score Girl baru-baru ini berbagi tweeting:

 "Suatu hari, saya pergi ke sebuah pabrik yang dikelola oleh [penerbit manga] Kodansha. Di sinilah tempat kembali tankobon yang mana ditangani dengan dirusak tanpa ampun. Dengan raungan yang nyaring, tankobon, yang merupakan jiwa pencipta, dicabik cabik, dikompres, dan memenuhi takdir mereka untuk didaur ulang menjadi kertas toilet. Saya bahkan melihat tankobon saya sendiri di tempat ini. "
Seperti yang ditunjukkan pada foto Oshikiri, gunung manga ditumpuk di gudang fasilitas, muatan demi muatan kertas datang dan setelah itu diambil lalu dibuang ke mesin untuk dihancurkan kembali hingga menjadi bahan baku awal. Foto ini pun mendapat banyak komentar dari para netizen:

   "Tidak bisakah mereka mencari cara murah untuk menyimpannya, lalu menjualnya sedikit demi sedikit?"

    
"Sayang sekali. Kuharap mereka menyumbangkannya ke perpustakaan atau semacamnya. "

    
"Mereka harus memotong harga jualnya setengah atau beberapa sebelum mereka harus melakukan ini."

    
"Kenyataannya yang kasar."


Antara real estate yang sedang mahal di Jepang atau para penggemar anime / manga yang menunjukkan ketertarikannya hanya untuk untuk ke seri manga yang besar seperti manga terkenal dari Shonen Jump, sehingga tidak mengherankan jika Kodansha merasa tidak ada gunanya menahan tankobon sisa dari sebuah manga dengan judul yang belum terlalu dikenal oleh para pembaca manga.

Setidaknya, karya para author tersebut sudah berhasil di cetak dan di jual, sisanya tergantung kepada para pembaca dan keberuntungan agar manga buatan para author tersebut dapat menarik perhatian pembaca dan laku laris.


Source:

Twitter/@rereibara  via SoraNews24

________________________________________________________________________________

Jika kalian suka dengan artikel ini, silahkan support kami dengan cara klik tombol "Share" di bawah, dan bagikan di Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya.

Terima Kasih 😊

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar