Image Source: Twitter/@rereibara |
Para seniman manga membuat setiap karyanya dengan segenap kemampuannya dan kreatifitas, ide, yang mereka miliki. Mereka berjuang keras untuk menciptakan sebuah manga yang menarik dan dapat membuat para pembaca terhibur dan senang.
Namun, dalam dunia manga, saingan demi saingan dari para kreator manga sangat banyak. Sehingga setiap mangaka harus berjuang keras agar manga ciptaannya dapat membuat para pembaca tertarik sehingga manga tersebut terjual laris di berbagai tempat. Lalu, bila suatu manga tidak terjual habis / tidak laku, dan sudah dalam masa periode yang lama untuk di pajang, akan kemanakah manga-manga tersebut? Apakah dibuang, atau di sumbangkan?
Ada dua tanda bahwa kreator telah menciptakan sebuah karya yang besar. Yang pertama adalah ketika penerbit besar memutuskan untuk membuat
cerita cerita tentang karya Anda di salah satu antologi manga.
Dan yang
kedua adalah ketika serial tersebut memiliki cukup banyak bab dan basis
penggemar yang cukup besar sehingga penerbit menempatkan manga anda ke dalam 'Tankobon' ( istilah bahasa Jepang untuk menyebut terbitan dalam bentuk
monograf, dan bukan terbitan berseri atau majalah, bukan seri, serta
bukan zenshū.) atau mengumpulkan volume dari seri Anda.
Meskipun
penerbitan digital telah mulai meningkat di Jepang baru-baru ini,
namun bisnis manga masih berbasis pada kertas, dan momen tersebut menjadi
momen kebanggaan saat para pencipta melihat tankobon mereka di rak-rak
toko untuk pertama kalinya. Tapi
hanya karena karya mereka ditawarkan untuk dijual, bukan berarti semua komik
tersebut akan laku laris dan mendiami di rumah para penggemar.
Serta apa yang
terjadi pada salinan manga yang tidak laku terjual di Jepang ini, bisa menjadi hal yang memilukan
untuk para seniman manga, seperti Rensuke Oshikiri, pencipta manga
Hi Score Girl baru-baru ini berbagi tweeting:
先日、講談社が管理する工場に行ってきた。ここには返品や不良品と化した単行本たちが容赦なく裁断される恐るべき場所である。けたたましい轟音と共に作家の魂とも言える単行本たちはバラバラにされ、ひとまとめにされ、再利用としてトイレットペーパーになる運命にある。中には己の単行本の存在も。 pic.twitter.com/HKg0rtZYPC— 押切蓮介 (@rereibara) February 1, 2018
"Suatu hari, saya pergi ke sebuah pabrik yang dikelola oleh [penerbit manga] Kodansha. Di sinilah tempat kembali tankobon yang mana ditangani dengan dirusak tanpa ampun. Dengan raungan yang nyaring, tankobon, yang merupakan jiwa pencipta, dicabik cabik, dikompres, dan memenuhi takdir mereka untuk didaur ulang menjadi kertas toilet. Saya bahkan melihat tankobon saya sendiri di tempat ini. "Seperti yang ditunjukkan pada foto Oshikiri, gunung manga ditumpuk di gudang fasilitas, muatan demi muatan kertas datang dan setelah itu diambil lalu dibuang ke mesin untuk dihancurkan kembali hingga menjadi bahan baku awal. Foto ini pun mendapat banyak komentar dari para netizen:
"Tidak bisakah mereka mencari cara murah untuk menyimpannya, lalu menjualnya sedikit demi sedikit?"
"Sayang sekali. Kuharap mereka menyumbangkannya ke perpustakaan atau semacamnya. "
"Mereka harus memotong harga jualnya setengah atau beberapa sebelum mereka harus melakukan ini."
"Kenyataannya yang kasar."
Antara real estate yang sedang mahal di Jepang atau para penggemar anime / manga yang menunjukkan ketertarikannya hanya untuk untuk ke seri manga yang besar seperti manga terkenal dari Shonen Jump, sehingga tidak mengherankan jika Kodansha merasa tidak ada gunanya menahan tankobon sisa dari sebuah manga dengan judul yang belum terlalu dikenal oleh para pembaca manga.
Setidaknya, karya para author tersebut sudah berhasil di cetak dan di jual, sisanya tergantung kepada para pembaca dan keberuntungan agar manga buatan para author tersebut dapat menarik perhatian pembaca dan laku laris.
Source:
Twitter/@rereibara via SoraNews24
________________________________________________________________________________
Jika kalian suka dengan artikel ini, silahkan support kami dengan cara klik tombol "Share" di bawah, dan bagikan di Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya.
Terima Kasih 😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar