Japanese Songs, Lyrics, and All About Japan

Kamis, 21 September 2017

Desa Nagoro: Desa di Jepang Dimana Boneka Sebagai Penghuni Desa

| Kamis, 21 September 2017
Desa Nagoro dimana Boneka Menggantikan Penghuni Desa  adalah sebuah desa yang terletak di sebuah lembah di Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang. Nagoro dulunya merupakan pusat keramaian dengan sebuah bendungan, ada beberapa perusahaan yang cukup besar dan dihuni oleh ratusan penduduk.  
 
Tapi penduduk setempat pindah ke kota-kota besar selama bertahun-tahun, untuk mencari pekerjaan yang lebih baik (migrasi), meninggalkan desa secara permanen. Populasinya semakin berkurang hingga penduduk yang masih tinggal disana, terus berkurang dan semakin lama banyak yang meninggal. Saat ini, Nagoro hanya memiliki kurang lebih 50 penduduk yang hidup di sana.
 
Lalu awal mula keunikan Desa Nagoro pun terjadi ketika seorang seniman yang dahulu tinggal di Desa Nagoro bernama Ayano Tsukimi, telah kembali ke desanya 11 tahun yang lalu dan dia pun sadar kalau desa tersebut bukanlah lagi desa yang dia kenal. 

Hal itu dikarenakan semakin sepi desa tersebut, dan bahkan sudah tidak ada lagi keramaian yang dahulu Desa Nagoro punya. Maka dari itu, Ayano Tsukimi memutuskan untuk mengisi kembali tempat yang kosong itu dengan boneka buatan tangan.


 
Pada tahun pertama, dia berusaha keras menanam benih di ladang, tapi tidak ada yang tumbuh. Jadi dia memutuskan Dimulai dari boneka pertama yang ia buat, yakni boneka yang mirip dengan ayahnya. Boneka tersebut terbuat dari jerami dan pakaian-pakaian bekas. 

Sejak saat itu, Ayano mendapatkan ide untuk mengganti anggota keluarga lainnya yang telah pergi/meninggal dengan boneka yang mirip dengan anggota keluarga tersebut, baik dari status sosialnya dan pekerjaannya pada saat dahulu.


Sejak saat itu, Ayano belum berhenti membuat boneka, lalu dia sedikit demi sedikit memenuhi desanya dengan boneka yang terlihat  seperti orang-orang yang pernah dia kenal dahulu. Karyanya bahkan baru-baru ini dibuat dalam sebuah film dokumenter berjudul The Valley of Dolls, dibuat oleh wartawan dan fotografer Fritz Schumann. 
 
Ayano pun sempat berkata "Ketika saya membuat boneka orang mati, saya memikirkannya, ketika mereka masih hidup dan sehat," "Boneka itu seperti anak-anak saya." katanya.  "Ekspresi wajah adalah bagian tersulit dalam membuat boneka. Bibirnya juga sulit. Sedikit kesalahan maka akan terlihat seperti marah," tambah Ayano. 
 
 "Saya sangat pandai membuat boneka nenek-nenek. Aku menarik senar di mulut dan membuat mereka tersenyum. Di sekolah tua yang ditutup dua tahun lalu, dahulu saya hanya membuat dua siswa dan satu guru. Namun, sekarang, saya membuat para siswa, guru dan kepala sekolah sehingga sekolah tersebut terlihat lengkap sekarang. Saya juga tidak suka membuat boneka aneh, tapi boneka yang berbaur dengan lingkungan sekitarnya." Tambah komentar Ayano, dalam video dokumenternya yang berjudul The Valley of Dolls.



 
"Saya pikir orang akan tertarik dan mengambil foto jika saya meletakkan boneka di pintu masuk Desa di dekat lembah. Dan Saya juga menempatkan mereka di lapangan, dan terlihat seperti sedang melakukan pekerjaan. Atau menunggu bus." Tambah komentar Ayano.
 
Tapi Ayano memang mengakui bahwa tidak semua orang menyukai boneka itu. "Bahkan jika mereka tidak mengatakannya secara langsung, beberapa orang mungkin merasa takut karena mereka terlihat sangat nyata," Katanya. "Boneka itu tidak hidup selama manusia. Mereka bisa hidup maksimal tiga tahun. Sisanya bisa rusak" Tambahan komentar Ayano di video dokumenter tersebut.






Selama rentang waktu 10 tahun, dia telah menjahit kurang lebih sekitar 350 boneka seukuran manusia, masing-masing mewakili seorang mantan penduduk desa. Dan Ayano percaya bahwa suatu saat mungkin akan tiba ketika dia akan hidup lebih lama dari semua orang di desa ini dan akan terus membuat boneka boneka sebagai pengganti keluarga/penduduk desa yang sudah tiada.  


 
Pastinya sulit bagi Ayano untuk tinggal di desa tersebut, terlebih lagi jarak antara desa tersebut dengan rumah sakit besar sekitar 90 menit.
 
"Selama ini saya tidak memikirkan kematian, Jika sesuatu terjadi pada diri saya, dan diambang kritis, maka butuh waktu kurang lebih 90 menit untuk ke Rumah sakit, dan saya mungkin akan mati sebelum sampai disana. Namun, saya tidak berpikir sekarat itu menakutkan. Mungkin aku akan hidup selamanya." Tambah Ayano.
 
   
Featured Image:


Source:

 

__________________________________________________________________
 
Berikut adalah Sebagian kisah dan history mengenai Desa Nagoro. Desa di Jepang dimana boneka menggantikan penghuni desa setempat. Desa tersebut mungkin terlihat menyeramkan bagi sebagian orang, namun bagi admin sendiri desa tersebut memiliki ciri khas unik mereka tersendiri. 

Ditambah ada beberapa penduduk yang masih mencintai desa Nagoro dan memilih untuk tetap menetap disana, dan demi menghidupkan suasana desa Nagoro, Ayano Tsukimi membuat boneka-boneka yang mirip dengan penduduk desa dahulu sebagai kenangan akan para penduduk setempat.
 
Sungguh menarik bukan desa tersebut? Ingin mengunjungi ke desa tersebut dan berfoto dengan boneka-boneka disana? Yang pastinya siapkan dahulu dananya ya!
 
Jika kalian suka dengan tulisan di blog ini, silahkan share tulisan ini ke teman-teman kalian, dan follow blog ini supaya dapat mengetahui updatean selanjutnya. Serta berikan pendapat kalian di kolom komentar mengenai Desa Nagoro ini ya! 

 

Terima kasih :)

 

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar